Padahal jika dilihat dari negara asalnya yaitu Korea Selatan, ada pabrikan lain yaitu Samsung yang justru mampu bertahan hingga sekarang dan justru mendapatkan keuntungan yang besar dari bisnis smartphone.
Kira-kira, apa yang menyebabkan LG harus mundur dari pasar hp global? Berikut 7 alasannya.
Isu bootloop adalah salah satu noda terbesar dalam reputasi LG dan boleh dibilang inilah awal kemunduran dari LG. Model seperti LG G4 yang rilis di tahun 2015 terkenal karena cacat pada komponen internal yang menyebabkan bootloop atau reboot-mati-hilang.
Kira-kira, apa yang menyebabkan LG harus mundur dari pasar hp global? Berikut 7 alasannya.
1. Masalah bootloop yang menahun tidak kunjung beres
Isu bootloop adalah salah satu noda terbesar dalam reputasi LG dan boleh dibilang inilah awal kemunduran dari LG. Model seperti LG G4 yang rilis di tahun 2015 terkenal karena cacat pada komponen internal yang menyebabkan bootloop atau reboot-mati-hilang.
![]() |
| LG G4 vs LG G Flex 2 : https://commons.wikimedia.org/wiki/File:LG_G4_vs_LG_G_Flex_2_%2817634259795%29.jpg |
LG sendiri mengakui masalah ini dan untungnya mereka menawarkan untuk perbaikan unit secara gratis.
Masalah ternyata tidak selesai di LG G4 saja. Karena setelahnya, pengguna LG V10, Nexus 5X, bahkan G5 dan V20 juga melaporkan kasus serupa, walaupun tidak sebanyak G4. Banyak yang frustrasi ketika unit hp LG nya ternyata garansinya habis dan tidak mendapatkan unit pengganti.
2. Persaingan ketat dari brand China
Tahun 2015 merupakan awal dari serangan brand China yang begitu masif dalam merilis produknya ke pasar dengan harga murah, namun spesifikasi yang dibawanya lebih baik dibandingkan hp dari LG.
Brand-brand China menawarkan fitur tinggi dengan harga rendah dan mampu mencuri perhatian pasar terutama di Asia, khususnya Indonesia yang sensitif dengan harga. LG yang mematok harga lebih tinggi tapi tidak ada perberbedan yang menonjol dibandingkan brand China sehingga kurang diminati untuk konsumen Indonesia khususnya.
LG sering merilis produk flagship dengan harga tinggi, tetapi ternyata hanya membawa spesifikasi kelas menengah. LG Wing misalnya. Desainnya bagus, tapi LG Wing hanya memakai chipset Snapdragon 765G dan itu kurang sepadan dengan harga pasaran di belasan juta.
LG dikenal berani bereksperimen pada lini bisnis hp nya. Dimulai dari desain hp yang melengkung pada hp LG G Flex, desain modular yang ada pada LG G5 dan G5 SE, layar ganda dan layar berputar pada LG Wing. Namun, banyak yang gagal karena ekosistem dukungan aksesoris langka, aplikasi belum bisa mendukung inovasi LG, dan implementasi kurang matang membuat inovasi tersebut gagal.
Berbeda dengan Samsung, LG memiliki anggaran pemasaran yang terbatas dan identitas brand yang kurang kuat. Mereka juga mengandalkan jalur distribusi tradisional seperti operator, tanpa pendekatan pasar terbuka seperti brand China yang agresif online. Atau Samsung yang jor-joran dalam iklan sehingga banyak masyarakat yang tertarik dengan produk mereka.
3. Harga yang tidak kompetitif
LG sering merilis produk flagship dengan harga tinggi, tetapi ternyata hanya membawa spesifikasi kelas menengah. LG Wing misalnya. Desainnya bagus, tapi LG Wing hanya memakai chipset Snapdragon 765G dan itu kurang sepadan dengan harga pasaran di belasan juta.
Pesaingnya yaitu Samsung dan Apple bahkan mampu memberikan spesifikasi yang lebih baik dibandingkan LG di harga kelas atas, sehingga banyak orang yang lebih memilih Samsung dan Apple untuk kelas harga premium.
Bahkan pabrikan China sendiri mampu memberikan harga 3 sampai 5 juta untuk hp yang menggunakan chipset Snapdragon 765G dengan fitur yang tidak berbeda jauh dibandingkan hp yang dirilis oleh LG.
Di Indonesia sendiri langkah LG tidak merilis LG G5 di Indonesia dan hanya membawa LG G5 SE yang secara spesifikasi jauh dibawah LG G5 membuat pabrikan hp asal Korea Selatan ini makin ditinggalkan penggunanya karena konsumen menganggap LG tidak serius menggarap pasar kelas atas di Indonesia.
Justru Samsung yang saat itu merilis Samsung S7 dan Samsung S7 Edge di Indonesia dan mendapatkan respon yang sangat baik di pasar Indonesia. Lini produk flagship mereka bawa tanpa harus menyunat spesifikasinya.
4. Inovasi yang jor-joran, tapi nilai tambahnya sedikit
LG dikenal berani bereksperimen pada lini bisnis hp nya. Dimulai dari desain hp yang melengkung pada hp LG G Flex, desain modular yang ada pada LG G5 dan G5 SE, layar ganda dan layar berputar pada LG Wing. Namun, banyak yang gagal karena ekosistem dukungan aksesoris langka, aplikasi belum bisa mendukung inovasi LG, dan implementasi kurang matang membuat inovasi tersebut gagal.
Selain itu tidak adanya nilai tambah yang signifikan membuat produk LG kurang diminati. Kalaupun ada nilai tambahnya, harganya mahal dan spesifikasinya pun diturunkan sehingga konsumen lebih memilih hp lain yang memiliki nilai tambah yang lebih besar dibandingkan LG.
5. Pemasaran yang kurang maksimal
Berbeda dengan Samsung, LG memiliki anggaran pemasaran yang terbatas dan identitas brand yang kurang kuat. Mereka juga mengandalkan jalur distribusi tradisional seperti operator, tanpa pendekatan pasar terbuka seperti brand China yang agresif online. Atau Samsung yang jor-joran dalam iklan sehingga banyak masyarakat yang tertarik dengan produk mereka.
Kalau kamu lihat di TV ataupun di media sosial, Samsung begitu gencar mempromosikan hp flagshipnya. Di toko penjualan hp pun Samsung memasang iklan yang begitu masif sehingga masyarakat aware dengan produknya.
Dibandingkan dengan LG yang sepertinya adem-adem saja. Pada LG G2 boleh dibilang sukses besar karena menampilkan iklan yang cukup masif dan dengan Joe Taslim sebagai Brand Ambassadornya.
Tapi setelah LG G3, G4, dan yang lainnya, justru iklannya malah tidak semasif pendahulunya. Hal ini membuat masyarakat kurang aware dengan produk flagship dari LG. Meskipun ada isu bootloop yang memang jadi faktor yang memperparah keadaan LG, setidaknya mereka menawarkan penggantian secara gratis.
Kesimpulan
LG sebenarnya mampu untuk menjadi salah satu pabrikan hp yang besar, karena LG Electronic sendiri mampu menghasilkan peralatan elektronik yang bagus dan berkualitas. Tapi dari sisi hp, LG sepertinya kurang mampu untuk mempertahankan kualitas karena masalah bootloop yang menjadi awal kegagalan dari LG divisi hp serta inovasi yang tidak banyak nilai tambahnya.
Di sisi marketing pun LG kurang ngepush setelah meraih kesuksesan dengan LG G2 dan G3, khususnya di Indonesia yang lebih familiar dengan merk asal Korea Selatan lainnya yaitu Samsung.
Share tulisan ini kalau menurut kalian bermanfaat!

.jpg)